Ekonomi Makro Bab XIV Teori Inflasi
BAB XIV
TEORI INFLASI
1. Pengertian
Inflasi adalah
keadaan dimana terjadi kecenderungan kenaikan harga barang-barang secara
menyeluruh (umum) dan terus menerus, atau keadaan dimana terjadi turunnya nilai
uang secara terus menerus. Deflasi adalah keadaan sebaliknya.
2. Alat Pengukur Inflasi
Kenaikan harga
diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi, antara lain indeks biaya hidup atau indeks harga
konsumen indeks perdagangan besar, dan GDP deflator.
2.1.
Indeks Biaya Hidup
(Consumer-Price Index) Atau Indeks Harga Konsumen
(IHK)
(IHK)
Indeks biaya
hidup mengukur biaya/pengeluaran rumah tangga untuk membeli sejumlah barang dan
jasa untuk keperluan sehari-hari.
Laju (tingkat) inflasi dihitung dengan cara menghitung persentase
kenaikan/penurunan indeks harga dari tahun ke tahun. Misalnya, indeks biaya
hidup untuk tahun 2008 (dengan tahun dasar 2000) sebesar 181,5. Pada tahun 2009
indeks biaya hidup naik menjadi 195,3, maka laju (tingkat) inflasi 2009 adalah
:
195,3 – 181,5
------------------- x 100% = 7,6%
181,5
Di Indonesia dipergunakan indeks harga konsumen (IHK). IHK adalah suatu indeks, yang
menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu
tertentu.
Statistik harga secara khusus statistik harga konsumen/retail dikumpulkan
dalam rangka penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks ini merupakan
salah satu indikator ekonomi yang secara umum dapat menggambarkan tingkat
inflasi/deflasi harga barang dan jasa. Mulai Juni 2008, IHK disajikan dengan
menggunakan tahun dasar 2007=100 dan mencakup 66 kota yang terdiri dari 33
ibukota propinsi dan 33 kota-kota besar di seluruh Indonesia. IHK sebelumnya
menggunakan tahun dasar 2002=100 dan hanya mencakup 45 kota.
Dalam menyusun IHK, data harga konsumen atau retail diperoleh dari 66 kota dan mencakup antara 284 - 441 barang dan jasa yang dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran yaitu: bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga; dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Setiap kelompok terdiri dari beberapa sub kelompok, dan dalam setiap sub kelompok terdapat beberapa item. Lebih jauh, item-item tersebut memiliki beberapa mutu atau spesifikasi.
Dari setiap kota, beberapa pasar tradisional dan pasar modern dipilih untuk mewakili harga-harga dalam kota tersebut. Data harga masing-masing komoditi diperoleh dari 3 atau 4 tempat penjualan, yang didatangi oleh petugas pengumpul data dengan wawancara langsung.
Indeks Harga Konsumen Indonesia dihitung dengan mengembangkan rumus Laspeyres. Dalam penghitungan rata-rata harga barang dan jasa, ukuran yang digunakan adalah mean (rata-rata), tetapi untuk beberapa barang/jasa yang musiman, digunakan geometri.
Frekuensi pengumpulan data harga berbeda dari satu item dengan item lainnya tergantung pada karakteristik item-item tersebut, sebagai berikut:
- Pengumpulan
data harga beras di Jakarta adalah harian
- Beberapa
item yang termasuk ke dalam kebutuhan pokok, data harga dikumpulkan setiap
minggu pada hari Senin dan Selasa.
- Untuk
beberapa item makanan, data harga dikumpulkan setiap dua minggu sekali,
hari Rabu dan Kamis pada minggu pertama dan ketiga.
- Untuk
item makanan lainnya, makanan yang diproses, minuman, rokok dan tembakau,
data harga dikumpulkan bulanan pada hari Selasa menjelang pertengahan
bulan selama tiga hari (Selasa, Rabu, dan Kamis).
- Untuk barang-barang
tahan lama data harganya dikumpulkan bulanan pada hari ke-5 sampai hari
ke-15.
- Data
harga jasa-jasa dikumpulkan bulanan pada hari ke-1 sampai hari ke-10.
- Data harga sewa rumah
dikumpulkan bulanan pada hari ke-1 sampai hari ke-10.
- Upah baby sitter dan
pembantu rumah tangga diamati bulanan pada hari ke-1 sampai hari ke-10.
- Data yang berhubungan
dengan biaya pendidikan dikumpulkan bulanan pada hari ke-1 sampai hari
ke-10.
2.2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price
Index)
Indeks harga perdagangan
besar menitikberatkan pada sejumlah barang dalam perdagangan besar, dimana
harga bahan baku, bahan mentah dan setengah jadi dimasukkan. Biasanya perubahan
dalam indeks ini sejalan dengan indeks biaya hidup.
Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga
transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan
pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas
suatu komoditas.
- Pedagang
pasar pertama ialah pedagang besar sesudah produsen/penghasil.
- Pasar
pertama ialah tempat bertemunya antara pedagang besar pertama dengan
pedagang berikutnya (bukan konsumen), dengan kata lain yaitu pasar sesudah
pasar produsen.
- Jumlah
besar atau grosir artinya tidak atau bukan eceran.
Barang Antara (Producer s Material) meliputi
bahan baku maupun bahan penolong yang belum melalui proses pengolahan ataupun
sudah melalui proses pengolahan dan biasanya habis dipakai dalam proses
produksi atau umur pemakaiannya relatif pendek (kurang dari satu tahun).
Barang Konsumsi (Consumer s Good) meliputi
semua jenis barang tahan lama maupun tidak tahan lama yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga.
Barang Modal (Capital Good) meliputi
semua jenis barang tahan lama yang digunakan untuk keperluan kelancaran atau
kelangsungan suatu kegiatan produksi. Barang modal biasanya dapat dipakai
berulang-ulang dan umur pemakaiannya relatif lama (lebih dari satu tahun) serta
harga per unit relatif tinggi.
Bahan Baku (Raw Materials) meliputi
bahan baku dan bahan penolong yang belum melalui proses pengolahan dan
merupakan produk dari sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian).
Bahan-bahan tersebut digunakan dalam proses produksi.
Produk Antara (Intermediate
Products) adalah bahan baku dan bahan penolong yang sudah melalui
proses pengolahan dan digunakan dalam proses produksi.
Produk Akhir (Finished Goods) meliputi barang jadi yang tidak
digunakan sebagai bahan baku maupun bahan penolong dalam proses produksi.
Metodologi
Di Indonesia data
harga perdagangan besar dikumpulkan dari 33 ibukota provinsi dan 111 kota
potensial lainnya, yang dianggap mempunyai perusahaan utama dan menjual
berbagai jenis barang.
Responden dipilih dari perusahaan-perusahaan yang dianggap cukup representatif dalam perdagangan barang, sehingga semua komoditas yang tercakup mampu merepresentasikan Harga Perdagangan Besar untuk setiap provinsi.
Data dikumpulkan langsung dari responden setiap bulan, melalui wawancara langsung.
Indeks Perdagangan Besar adalah disagregasi ke dalam lima kelompok komoditas: Pertanian, Industri Pengolahan, Pertambangan dan Penggalian, Ekspor serta Impor, dimana setiap sektor terdiri dari kelompok-kelompok sub komoditi. Jumlah komoditi di masing-masing kelompok dipresentasikan dalam tanda kurung. Jumlah total komoditas adalah 257.
2.3. GDP Deflator
GDP deflator
dihitung dengan membagi GDP nominal (atas dasar harga yang berlaku) dengan GDP
riil (atas dasar harga konstan)
GDP nominal
GDP deflator = -------------------- x 100%
GDP riil
Contoh : GDP deflator suatu negara 2006 – 2009
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tahun GDP nominal GDP riil (2006 = 100) GDP deflator
($ milyar) ($ milyar)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2006 6.508 6.508 100
2007 10.209 6.890 148
2008 12.086 7.242 167
2009 14.984 7.842 191
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Laju (tingkat) inflasi tahun 2007 =
148 – 100
-------------- x 100% = 48%
100
Laju (tingkat) inflasi tahun 2008 =
167 – 148
-------------- x 100% = 12,8%
148
3. Jenis Inflasi
3.1. Menurut Parah Tidaknya
- Inflasi
ringan (dibawah 10% setahun)
- Inflasi
sedang (antara 10 – 30% setahun)
- Inflasi
berat (antara 30 – 100% setahun)
- Hiper
Inflasi (diatas 100% setahun)
3.2. Menurut Sebabnya
a. Inflasi Karena Tarikan Permintaan
(Demand-Pull Inflation)
Inflasi ini disebabkan karena kuatnya permintyaan masyarakat terhadap
barang dan jasa sehingga mendorong harga untuk meningkat. Ini digambarkan
sebagai berikut :
Karena permintaan
masyarakat akan barang-barang bertambah, maka kurva permintaan agregat bergeser
dari D ke D1 sehingga harga meningkat
dari P1 ke P2. Situasi ini terjadi, misalkan karena
anggaran belanja pemerintah yang defisit, dimana untuk menutup defisit ini
kemudian pemerintah mengambil jalan termudah, yaitu mencetak uang.
b. Inflasi Karena Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)
Inflai ini
disebabkan karena adanya kenaikan biaya produksi, terutama kenaikan biaya
tenaga kerja atau upah buruh, Ini digambarkan sebagai berikut :
Bila biaya produksi naik, maka kurva penawaran agregat bergeser dari S ke S1,
sehingga harga akan naik dari P1 ke P2.
c. Inflasi Spiral (Spiral Inflation)
Inflasi ini terjadi, misalnya bila kenaikan upah akan mendorong terjadinya
harga, dan kenaikan harga ini akan mendorong kenaikan upah lagi, dan
seterusnya.
3.3. Menurut Asalnya
a. Inflasi Yang Berasal Dari Dalam
Negeri (Domestic Inflation)
Inflasi ini timbul, misalnya karena defisit anggaran belanja pemerintah di
dalam negeri dan dibiayai dengan pencetakan uang baru.
b. Inflasi Yang Berasal Dari Luar
Negeri (Imported Inflation)
Inflasi ini timbul karena kenaikan harga-harga (yaitu inflasi) di luar
negeri yang mempunyai hubungan atau kerjasama perdagangan dengan dalam negeri.
4. Cara Pencegahan Inflasi
4.1. Dengan Kebijakan Moneter
a. Menaikkan Cash Ratio atau Reserve Requirement
Cash ratio atau
reserve requirement (persyaratan cadangan) adalah cadangan yang harus dimiliki
oleh bank umum dalam pemberian kredit. Misalnya dengan ketentuan adanya reserve
requirement sebesar 20%, artinya bank umum harus mempunyai cadangan sebesar Rp.
20 milyar untuk dapat memberikan kredit sebesar Rp. 100 milyar.
Dengan
menaikkan reserve requirement pada bank umum, akan mengurangi cadangan yang
berlebihan pada bank umum sehingga dapat mengurangi permintaan kredit dari
masyarakat.
b. Politik Pasar Terbuka
Dengan
kebijakan ini, bank sentral menjual surat
berharga seperti obligasi negara kepada masyarakat dan bank. Ini akan
mengakibatkan berkurangnya uang di tangan masyarakat dan di lembaga-lembaga
kredit, sehingga pemberian kredit menjadi berkurang.
c. Politik Diskonto atau Menaikkan
Tingkat Bunga
Kenaikan tingkat bunga dari bank sentral akan mengurangi keinginan
lembaga-lembaga kredit untuk mengadakan pinjaman untuk memenuhi permintaan
masyarakat, yang berarti besarnya kredit dari lembaga kredit berkurang.
4.2. Kebijakan Fiskal
1.
Penurunan pengeluaran pemerintah.
2.
Menaikkan pajak, dimana kenaikan pajak dapat mengurangi
jumlah uang yang terlalu besar.
3.
Mengadakan Pinjaman Pemerintah
Pinjaman pemerintah, terutama pinjaman paksaan, merupakan suatu cara yang
sangat efektif untuk mengurangi inflasi. Pinjaman paksaan dilakukan, misalnya
dengan cara memotong gaji pegawai untuk disimpan menjadi peinjaman pemerintah
selama jangka waktu tertentu.
4.3. Kebijakan Peningkatan Output
(Produksi)
Kenaikan jumlah output dapat dicapai, misalnya dengan penurunan bea masuk,
sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya barang cenderung
menurunkan harga.
4.4. Kebijakan Penentuan Harga
Dengan kebijakan ini, pemerintah misalnya menentukan harga maksimum dari
barang-barang.
Comments
Post a Comment