FILOSOFI
KARANTINA
TUMBUHAN
Oleh :
Wahono Diphayana
Disampaikan
pada :
Kegiatan
Penguatan SDM Dasar Fungsional dan Teknis Dasar Perkarantinaan Bagi Calon POPT
Ahli dan POPT Terampil
Di Lingkungan
Badan Karantina Pertanian
12 Pebruari
2020
Pendahuluan
Dalam makalah ini akan
dibahas pengertian filosofi, filosofi karantina tumbuhan, bagaimana
pentingnya pertanian di Indonesia, besarnya kerugian akibat serangan OPT, tujuan
penyelenggaraan
karantina tumbuhan, berbagai contoh OPT karantina yang belum ada di
Indonesia, dan contoh OPT yang tadinya tidak ada di Indonesia dan sekarang
menjadi hama atau penyakit yang
merusakkan berbagai jenis tanaman yang mempunyai arti penting dalam
perekonomian Indonesia.
Filosofi Karantina Tumbuhan
Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Badudu dan Zain, 2001) kata filosofi mempunyai arti yang
sama dengan falsafah dan filsafat, yaitu ilmu yang berintikan logika, estetika,
metafisika dan epistemologi. Logika adalah penalaran yang tepat, kesesuaian
antara sebab dan akibat, jalan pikiran yang masuk akal, dan ilmu berfikir yang
sehat. Estetika menelaah dan membahas keindahan baik rasa, jaidah, maupun sifat
hakiki keindahan itu, keindahan itu adalah seni yang terpantul dari manusia.
Metafisika adalah segala sesuatu yang ada di luar alam biasa. Sedangkan
epistemologi adalah dasar-dasar pengetahuan.
Filosofi atau filsafat didefinisikan juga sebagai suatu pemikiran dan
kajian kritis terhadap kepercayaan dan sikap yang sudah dijunjung tinggi
kebenarannya melalui pencarian dan analisis konsep dasar mengenai bidang
kegiatan pemikiran seperti: prinsip, keyakinan, konsep dan sikap umum dari
suatu individu atau kelompok untuk menciptakan kebijaksanaan dan pertimbangan
yang lebih baik (https://serupa.id/filsafat-umum).
Menurut Wikipedia, filosofi atau filsafat adalah kajian masalah umum dan
mendasar tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal pikiran
dan bahasa (https://id.wikipedia.org).
Berdasarkan definisi mengenai filosofi di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa filosofi karantina tumbuhan adalah upaya pencegahan masuk, keluar dan
tersebarnya OPTK dari dan ke suatu wilayah.
Tujuan
Penyelenggaraan Karantina Tumbuhan
Tujuan
penyelenggaraan karantina tumbuhan menurut Undang-Undang Nomor 21 tahum 2019
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan adalah sebagai berikut :
- mencegah masuknya OPTK
dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia;
- mencegah tersebarnya
OPTK dari suatu Area ke Area lain di dalam wilayah Negara KesatuanRepublik
Indonesia;
- mencegah keluarnya
organisme pengganggu tumbuhan dari
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
- mencegah masuk atau
keluarnya Pangan dan Pakan yang tidak sesuai dengan standar keamanan dan
mutu;
- mencegah masuk dan
tersebarnya Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, dan PRG (Produk Rekayasa
Genetik) yang berpotensi mengganggu kesehatan manusia, Tumbuhan, dan kelestarian
lingkungan; dan
- mencegah keluar atau
masuknya Tumbuhan Liar, Tumbuhan dan Satwa Langka, serta SDG (Sumber Daya
Genetik) dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau antar Area
di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Asas
Penyelenggaraan Karantina Tumbuhan
Asas
penyelenggaraan karantina tumbuhan menurut Undang-Undang Nomor 21 tahum 2019
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan adalah sebagai berikut :
- kedaulatan;
- keadilan;
- pelindungan;
- keamanan nasional;
- keilmuan;
- keperluan;
- dampak minimal;
- transparansi;
- keterpaduan;
- pengakuan;
- nondiskriminasi; dan
- kelestarian.
Kerugian Akibat Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Pembangunan pertanian di Indonesia, yang merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional, bertujuan antara lain untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil pertanian, guna memenuhi kebutuhan pangan dan
gizi, kebutuhan bahan baku industri maupun mengisi pasar dalam negeri dan
memperluas pasar luar negeri untuk menambah sumber devisa. Usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas hasil produksi pertanian selama ini masih mengalami
berbagai kendala. Kendala tersebut di antaranya adalah ancaman OPT pada hasil
pertanian. Serangan OPT tersebut dapat menurunkan produksi, menurunkan
kualitas, meningkatkan biaya pengendalian, merusak lingkungan, merusak
kelestarian sumber daya pertanian dan menghambat ekspor. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh OPT ini seringkali menimbulkan dampak yang sangat luas
terhadap stabilitas ekonomi dan ketahanan pangan nasional.
Kerugian atau
kerusakan akibat OPT terhadap manusia seringkali sangat dahsyat. Contoh yang
paling klasik adalah peristiwa tragis yang dialami oleh Irlandia sekitar 150
tahun yang lalu. Selama pertengahan abad 19 populasi penduduk Irlandia sangat
meningkat, membuat negara ini menjadi negara yang paling padat penduduknya di
Eropa. Untuk mengimbangi pertambahan penduduk yang makin pesat ini, maka
penanaman kentang sebagai makanan pokok diperluas dan diharapkan bahwa hasil
panen kentang tersebut akan bisa memenuhi kebutuhan makanan penduduk. Akan
tetapi kemudian muncul outbreak dari
penyakit blight yang disebabkan oleh
cendawan Phytophthora infestans pada
pertanaman kentang di sana. Akibatnya seluruh pertanaman kentang di Irlandia
menjadi hancur, yang menyebabkan terjadinya kelaparan hebat di seluruh Irlandia
pada tahun 1845. Sekitar satu juta penduduk Irlandia mati kelaparan dan
penduduk lainnya berbondong-bondong melakukan migrasi besar-besaran ke luar
negeri.
Pada tahun 1908
telah masuk ke Amerika Serikat (AS) OPT kapas Anthonomus grandis, dari Meksiko. Sejak saat itu hama ini menjadi OPT
perusak kapas yang paling ganas di AS bagian selatan. Empat tahun sejak OPT ini
masuk, produksi kapas di AS hanya tinggal sepertiganya. Biaya pemberantasannya
diperkirakan sebesar $375 juta per tahun. Biaya tersebut meningkat sampai $900
juta pada tahun 1955, ketika timbul outbreak.
Di awal tahun 1920, Departemen Pertanian AS memperkirakan bahwa setiap warga
negara Amerika mengeluarkan tambahan $10 setiap tahun untuk pakaian sebagai
akibat kerusakan perkebunan kapas oleh OPT ini (Pusat Karantina Pertanian,
1999).
Di Indonesia,
sebagai contoh dapat kita lihat dari kerugian yang yang diderita akibat
serangan penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) pada
akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. OPT ini pertama kali diketemukan di
daerah sentra jeruk di Garut, Jawa Barat, pada tahun 1964. Akibat serangan CVPD
memang dahsyat, terutama terlihat di Jawa Barat. Sebelum tahun 1964 areal
pertanaman jeruk di Jawa Barat luasnya 14.679 ha dengan produksi 140.448 ton.
Tetapi pada tahun 1969 telah merosot secara drastis sampai hanya tinggal 1.976 ha
dengan produksi 512 ton saja (Diphayana, 1976). Jutaan pohon jeruk di Jawa
Barat telah musnah. Pada tahun 1980, sejak serangan pertama CVPD, diperkirakan
sekitar satu juta pohon jeruk telah mati. Antara tahun 1964 dengan 1969
diperkirakan kerugian petani jeruk mencapai nilai Rp. 13,997 milyar, dengan
harga jeruk pada waktu itu Rp. 100,00 per kg (Suwanda dan Surachmat, 1983).
Dengan harga sekarang, tentunya nilai kerugian petani jeruk akibat CVPD sangat
besar sekali.
Pertanaman kakao
di Indonesia saat ini tengah diserang oleh OPT penggerek buah kakao (PBK) yang
disebabkan oleh serangga Conopomorpha cramerella. OPT ini mampu mengurangi
produksi kakao antara 50% sampai 80%, apalagi kalau digabungkan dengan
kerusakan OPT kakao lainnya, yaitu Helopeltis
sp, kerusakaan yang ditimbulkan akan lebih hebat lagi. OPT ini telah ada di
beberapa bagian wilayah Asia Tenggara sejak 150 tahun yang lalu. PBK pertama kali mewabah di Toli-toli,
Sulawesi Tengah, dan pada tahun 2004 menyebar luas ke seluruh Sulawesi dan
menyerang pertanaman kakao seluas 300.000 ha milik petani di sana. Saat ini PBK
telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Untuk Sulawesi saja, kerugian
yang ditimbulkan hama PBK ini diperkirakan mencapai US$150 juta per tahun, yang
hampir seluruhnya menjadi tanggungan petani kakao (Nugroho, Ramin dan Adi, 2005).
Berbagai Contoh OPT Karantina Yang Belum Ada di Indonesia
Salah satu OPT
buah-buahan yang ditakuti Indonesia adalah lalat buah Laut Tengah (Meditteranean fruit fly) dengan nama
latin Ceratitis capitata, yang saat
ini merupakan OPT penting dari sekitar 250 jenis buah-buahan, sayuran dan
biji-bijian. Hama ini terdapat di Amerika Serikat (khususnya Hawaii dan
Florida), beberapa negara di kawasan Pasifik, Amerika Tengah dan Selatan,
Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Australia. Lalat buah ini berasal dari wilayah
tropis Afrika barat, dan kemudian menyebar ke
Afrika utara dan selatan. Pada abad ke 19, OPT ini memasuki Eropa, Timur
Tengah, Australia dan Amerika Selatan. Selanjutnya memasuki Hawaii pada tahun
1907 dan kemudian ke Florida tahun 1929. Sewaktu OPT ini memasuki Florida, AS,
untuk pertama kalinya pada tahun 1929, pemerintah negara bagian Florida
mengeluarkan dana sebesar $ 6,85 juta untuk upaya eradikasi. Pada tahun 1956,
ketika OPT ini kembali memasuki Florida, dikeluarkan biaya sebesar $30 juta
untuk eradikasi selama 3 tahun. Sejak tahun 1975, pemerintah negara bagian
California melakukan upaya eradikasi dengan biaya yang sangat besar. Misalnya
pada tahun 1980-1982 dikeluarkan biaya $100 juta, tahun 1989-1990 sebesar $60,6
juta, tahun 1993-1994 sebesar $38,5 juta, dan dari tahun 1994 sampai 1996
dikeluarkan biaya lebih dari $30 juta per tahunnya. Negara bagian California,
sebagai negara bagian produsen buah-buahan utama di AS, sangat terancam oleh adanya
OPT ini. Ceratitis capitata mengancam
ekspor buah-buahan mereka yang berjumlah lebih dari 20.000 ton, dengan nilai
$1,6 milyar, dan senilai $4,2 milyar di pasar domestik. Seandainya ekspor
buah-buahan dari California ditolak oleh negara lain akibat adanya lalat buah
ini, diperkirakan sekitar 35.000 orang akan kehilangan pekerjaan, pengurangan
nilai output sebesar $3,6 milyar, dan pengurangan pendapatan penduduk
California sebesar $939 juta. Seandainya, negara Jepang saja melakukan embargo
buah-buahan dari California karena adanya OPT tersebut, maka 6.000 orang di
California akan kehilangan pekerjaan, pendapatan negara sebesar $618 juta akan
hilang, dan pendapatan perseorangan penduduk California berkurang sebesar $939
juta (CDFA, 1999).
Tanaman kelapa
sawit Indonesia diancam oleh penyakit lethal
yellowing, yang saat ini berada di Kostarika. Sebagai contoh kerusakannya,
penyakit lethal yellowing yang
menyerang provinsi Zambezia, Mozambik, pada tahun 2007 telah menghancurkan
125.000 tanaman kelapa di sana, yang berarti kehilangan 625 ton kopra. Untuk
mencegah penyebaran penyakit ini, sekitar 81.000 tanaman kelapa yang terserang
telah dimusnahkan atas perintah pemerintah setempat, dan pengeluaran tanaman
kelapa dan produk kelapa dilarang dikeluarkan dari provinsi tersebut (http://www.poptel.org.uk).
Di Amerika tropis
saat ini tengah berkecamuk SALB (South
American Leaf Blight) yang disebabkan oleh cendawan Microcyclus ulei. OPT ini
terkenal sebagai perusak tanaman karet nomor satu di dunia. Perkebunan karet
yang diusahakan secara luas di awal abad 20 di Suriname dan Guiana Inggris,
sejak tahun 1913 terpaksa dihentikan karena tidak teratasinya OPT ini. Pada
tahun 1927, perusahaan mobil Ford membangun perkebunan karet di Fortladia,
Brazil, seluas 8.750 ha, akan tetapi sebelum tahun 1933 seperempat bagian
perkebunan tersebut terpaksa harus dipindahkan ke daerah Belterea, juga di
Brazil, yang iklimnya lebih kering dengan harapan bahwa pertanaman karet di
sana dapat bebas dari SALB, tapi ternyata nasibnya sama dengan perkebunan di
Fortlandia. Dalam tahun 1935, perkebunan Good Year di Panama mulai dijangkiti
SALB dengan hebatnya, dan lima tahun kemudian terpaksa ditutup. Pengusahaan karet
di Panama mengalami kemunduran hebat setelah SALB menyerang negara tersebut.
Lumpuhnya usaha budi daya karet alam di Amerika Latin, menyebabkan sebagian
besar kebutuhan karet alam dunia, yaitu hampir 90% dipenuhi oleh Asia, termasuk
Indonesia yang masih bebas dari penyakit tersebut. Mencegah
penyakit SALB masuk ke Indonesia, berarti menyelamatkan (i) aset nasional berupa kebun, pabrik,
peralatan, keahlian senilai lebih dari Rp.11 triliun; (ii) 12 juta orang petani
karet; (iii) 3 juta ha lebih areal kebun karet; (iv) devisa negara sebesar + US.$ 1,2
milyar; dan (v) seluruh industri berbahan-baku karet dengan 3 juta orang tenaga
kerja.
Di Filipina
terdapat sejenis virus yang menyerang tanaman kelapa. Kerugian yang
ditimbulkannya hebat sekali. Sejak pertama kali diketemukan di Filipina pada
tahun 1926, diperkirakan lebih dari 30 juta
pohon kelapa telah mati oleh
keganasan penyakit tersebut. OPT ini dikenal sebagai penyakit Cadang-cadang, yang merupakan ancaman
yang serius untuk daerah di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Filipina.
OPT virus yang belum ada di Indonesia lainnya, misalnya Cocoa swollen shoot virus yang menyerang tanaman kakao di Afrika
Barat, dan dilaporkan telah menimbulkan
kerusakan terhadap 1,5 juta pohon kakao setiap tahunnya (Hunter, 2001).
Contoh OPT Asing Yang Telah Masuk ke Indonesia
Dalam sejarah
Indonesia, berbagai OPT yang sebelumnya ada di luar negeri dan belum ada di Indonesia telah masuk ke
Indonesia dan menimbulkan berbagai kerusakan dan kerugian terhadap pertanian
dan lingkungan.
Pada tahun 1876,
telah masuk ke Indonesia penyakit karat daun pada kopi, yang disebabkan
cendawan Hemileia vastatrix, dari Sri
Lanka (Ceylon). OPT ini telah menghancurkan pertanaman kopi di dataran rendah
(di bawah 1.000 m dari permukaan laut). Sebelum ada serangan Hemileia vastatrix, Indonesia merupakan
salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia. Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan jenis kopi
yang pertama dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1696, dan selama tahun
1696-1699 menyebar di pulau Jawa. Selama sekitar satu abad, kopi arabika
merupakan satu-satunya komoditi komersial yang ditanam Belanda di Indonesia.
Sayangnya, serangan penyakit karat telah menghancurkan sebagian besar
perkebunan kopi tersebut (http://ilmiahpertanian.blogspot.com).
Pada tahun 1909,
telah masuk ke Indonesia sejenis kumbang penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei), yang berasal dari
Afrika dan pertama kali ini diketemukan di Jawa Barat. Pada tahun 1918 OPT ini sudah
menyerang secara hebat tanaman kopi rakyat di Jawa Timur, dan selanjutnya
menyebar ke Kalimantan dan Sumatera. Kerusakan pada buah kopi terjadi karena OPT
tersebut meninggalkan telurnya di buah kopi dan setelah menjadi larva akan
menggerek buah kopi tersebut menyebabkan buah kopi yang diserangnya akan
berjatuhan (Laoh, 2002)
Tahun 1921, keong
alias bekicot, yang juga dikenal sebagai siput Singapura (Achatina fulica) dan berasal dari Afrika telah masuk ke pulau
Sumatera melalui Singapura. Lima tahun kemudian, pada tahun 1926, OPT ini masuk
ke pulau Jawa melalui kiriman pos paket. Bekicot kemudian menjadi OPT yang
sangat penting dari berbagai jenis tumbuhan, terutama sayuran (Pusat Karantina
Pertanian, 1999b). Bekicot dianggap sebagai OPT yang sangat penting di daerah
tropis dan sub tropis karena memakan berbagai jenis tanaman, terutama tanaman
hortikultura seperti bunga-bungaan, kacang-kacangan dan sayuran. Untungnya, sekarang ini bekicot ini banyak
dicari orang karena dagingnya yang dapat dimakan dan bahkan menjadi salah satu
komoditas ekspor, Walaupun demikian keberadaannya di Indonesia telah
menyulitkan ekspor, khususnya ekspor produk pertanian, akibat berbagai hambatan
yang ditimbulkannya. Misalnya adanya keharusan melakukan perlakuan tertentu
untuk produk pertanian Indonesia untuk mencegah masuknya OPT ini dari
Indonesia, dan bahkan Australia menerapkan kewajiban untuk dilakukannya
fumigasi menggunakan gas metil bromida terhadap kontainer yang digunakan untuk
membawa barang ekspor Indonesia ke sana, untuk mematikan bekicot yang menempel pada
kontainer tersebut.
Sekitar tahun
1921, eceng gondok atau water hyacinth
yang memiliki nama latin Eichornia
crassipes, dimasukkan ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor sebagai tanaman
hias. Dari Bogor gulma ini kemudian menyebar ke seluruh Indonesia Akibat
kecepatan tumbuhnya yang sangat tinggi, gulma ini telah menjadi perusak
lingkungan perairan, terutama sungai dan danau, yang paling dahsyat. Gulma yang
berasal dari Amerika Selatan ini, saat ini telah menyebar ke Amerika Tengah, Amerika
Utara, Afrika, Asia, Australia dan New Zealand.
Pada tahun 1924
telah berkembang hama kentang Phtorimaea
opercullela, atau dikenal sebagai ulat umbi kentang, yang berasal dari
Amerika. Pada tahun 1931 sudah menyebar ke Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan
dan daerah-daerah lain di Indonesia, dan saat ini hama tersebut telah menjadi
salah satu hama utama pertanaman kentang. Hama ini merusak daun dan batang
tanaman, kemudian masuk ke dalam tanah untuk merusak umbi kentang. Bahkan umbi
kentang di tempat penyimpananpun dapat dirusak oleh hama ini (Laoh, 2002).
Pada bulan April
1949, penyakit cacar teh (blister blight)
yang disebabkan oleh cendawan Exobasidium
vexans dilaporkan telah masuk ke Indonesia dari Srilanka, dan menulari
perkebunan teh Bah-Butong di Sumatera Utara. Pada tahun 1951 telah menulari
perkebunan teh di Tugu (Jawa Barat) dan Gunung Semeru (Jawa Timur). Kerugian
yang ditimbulkannya sangat besar. Dalam laporannya tahun 1951/1952, Javasche Bank menyatakan bahwa dalam
tahun 1951 perkebunan teh di Indonesia menderita kerugian dengan turunnya
produksi sebesar 20 sampai 50 persen akibat penyakit ini. Hasil teh Indonesia
pada waktu itu berjumlah 114.000 ton. Kerugian diperkirakan senilai Rp. 114
juta, dengan nilai rupiah pada saat itu (Pusat Karantina Pertanian, 1999b).
Pada bulan
Oktober 1970, petugas karantina tumbuhan di pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, untuk pertama kalinya menemukan sejenis hama
gudang yang sangat berbahaya yang belum ada di Indonesia, yaitu hama kumbang
Khapra (Trogoderma granarium), pada
beras impor eks Amerika Serikat. Beras ini kemudian ditahan untuk diberi
perlakuan dengan fumigasi menggunakan metil bromida. Berikutnya pada bulan
Desember 1972, di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, diketemukan hama ini pada
beras impor dari Pakistan. Setelah itu berkali-kali petugas karantina menemukan
hama ini pada beras impor di berbagai pelabuhan di Indonesia (Diphayana, 1973).
Kumbang Khapra adalah hama asli India, dan saat ini dapat diketemukan di
berbagai negara di Asia. Di Indonesia, saat ini dinyatakan bahwa pulau Jawa
telah tertular oleh hama ini. Hama ini merupakan salah satu di antara hama yang
paling merusak produk pertanian yang disimpan di gudang. Daya tahannya terhadap
pestisida sangat tinggi, dapat bertahan pada kondisi yang sangat buruk seperti
temperatur yang sangat rendah dan tinggi, dan dalam kondisi tanpa makanan,
larva dari hama ini dapat bertahan sampai 13 bulan (Hamzah, 1987).
Di awal tahun
1980, keong mas (golden apple snail) dengan
nama latin Pomacea canaticulata
dimasukkan dari Taiwan ke Indonesia sebagai fauna akuarium, dan pada tahun
1985-1987 telah menyebar dengan sangat cepat di Indonesia. Saat ini keong yang
berwarna keemasan tersebut telah menjadi salah satu OPT penting yang telah banyak
menghancurkan pertanaman padi di berbagai daerah. Hewan ini dapat menyerang
tanaman padi muda, baik di persemaian maupun bibit yang baru dipindahkan ke
sawah. Dengan kepadatan populasi sekitar 10-15 ekor per meter persegi, keong
mas mampu menghabiskan tanaman padi muda dalam waktu 3 hari, jika air sawah
dalam keadaan tergenang, dan menimbulkan kerusakan yang cukup berat di
persawahan. Contoh cepatnya kerusakan akibat hama ini adalah di Filipina. Pada
tahun 1986, tercatat 300 hektar sawah irigasi mengalami rusak berat akibat hama
ini. Tahun 1987 serangan meningkat menjadi 9.000 hektar, dan pada bulan Januari
1990 sudah mencapai 350.000 hektar. Dari 3 juta hektar sawah di Filipina,
sekitar 1,2 sampai 1,6 juta hektar terserang keong ini. Pada tahun 1990,
sekitar 212 juta peso diperlukan untuk mengendalikan hama ini. Di Indonesia,
pernah dilaporkan di Kabupaten Lampung Selatan, pada bulan Juni 1992 keong mas
telah menyerang 4.500 hektar sawah, dengan rata-rata populasi 2-23 ekor per
meter persegi (Sulistiono, 2007).
Pada tahun 1986
muncul berita yang menjadi topik di berbagai media masa, yaitu masuknya kutu
loncat, yang mempunyai nama latin Heteropsylla
incisa, dan menyebabkan kerugian yang sangat besar pada tanaman lamtoro
yang pada saat itu sedang galak-galaknya dikembangkan pemerintah. Pada tahun
1983, hama ini dilaporkan menyerang Florida, AS, dan tahun berikutnya merembet
ke Hawaii, terus ke Samoa Barat, Guam, New Caledonia, Fiji, Tonga, kepulauan
Pasifik selatan, terus ke Filipina sekitar Mei-Juni tahun 1985. Di Indonesia diperkirakan
menyerang pada awal tahun 1986, di daerah-daerah Jawa Barat, kemudian seluruh
Jawa, Lampung dan seluruh Sumatera, serta berbagai daerah lainnya di Indonesia.
Dilaporkan di provinsi Yogyakarta pada awal tahun 1986, hama ini telah
menyerang 62 ribu ha tanaman lamtoro, dan di provinsi Nusatenggara Timur
serangan mencapai 60-90% pertanaman lamtoro (Triwahyono, 1986).
Pada tahun 1982
pertama kali diketemukan di Jawa Barat penyakit bunchy top virus yang menyerang tanaman pisang. Setelah itu OPT ini
menular ke seluruh pulau Jawa, dan sekarang seluruh pertanaman pisang di Indonesia
telah tertular penyakit virus ini. Tidak diketahui dari negara mana dan melalui
apa masuknya penyakit ini, akan tetapi penyakit ini pertama kali diketemukan di
benua Australia pada tahun 1920 (Purakusumah dan Praminto, 1984). Di
Queensland, Australia, OPT ini menyebabkan penurunan produksi pisang sampai 95%
(Plant Protection Service, 2005). Di India, bunchy
top virus telah menyebabkan kerusakan yang serius terhadap pertanaman pisang.
Di negara bagian Kerala, setiap tahunnya OPT ini menyebabkan kerugian sebesar
Rs. 40 miliar. Di daerah Palanis, 60% pertanaman pisang dihancurkan oleh OPT
ini. Secara rata-rata kerusakan akibat OPT ini pada berbagai jenis pisang di
India sebesar 40% (Consortium on
Micropropagation Research and Technology Development, 2008).
Pada bulan April 1986
di sebuah harian pagi ibukota muncul berita adanya penyakit baru yang menyerang
tanaman tebu milik Pabrik Gula Gunung Madu, di Lampung. Penyakit yang menimbulkan
gejala seperti hangus pada daun tebu ini, telah merusakkan sekitar 5.000 ha
kebun tebu. Setelah diteliti, penyakit ini disebabkan oleh cendawan Stagonospora sacchari, yang karena
gejalanya disebut sebagai penyakit hangus daun tebu atau leaf scorch. OPT ini masuk ke Lampung, berawal pada tahun 1980,
ketika seorang konsultan dari AS tanpa diminta dan tanpa melalui pemeriksaan
petugas karantina tumbuhan, telah membawa varietas tebu SP-701284 dari Brazil
untuk diuji coba di Lampung. Jumlah bibit yang dibawa hanya 3 mata. Karena
jenis tersebut menunjukkan sifat unggul, penanamannya diperluas hingga mencapai
seribu hektar lebih pada tahun 1985. Tujuan baik tersebut telah menyebabkan
kerugian yang sangat fatal karena terbawanya OPT yang merusak tersebut, dan sekarang
telah menjadi salah satu penyakit tebu penting di Indonesia (Surachmat, 1986).
Pada bulan
Januari 2003, sebuah perusahaan pestisida multinasional yang sedang melakukan
kemitraan bisnis dengan petani kentang di desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji,
Kabupaten Batu, Jawa Timur, memperoleh laporan dari petani bahwa dalam dua
tahun terakhir produksi kentang di sana mengalami penurunan produksi yang
sangat tajam. Penyebabnya antara lain akibat adanya serangan penyakit yang
ditandai dengan gejala tanaman tumbuh terhambat, daun menguning dan umbi
kentang mengecil. Dari hasil penelitian kemudian diketahui bahwa tanaman
kentang tersebut telah terinfeksi nematoda Globodera
rostochiensis atau dikenal sebagai nematoda sista kuning, golden
nematode atau golden cyst nematode
(Noerachman dan Suwardi, 2003). Sejak penemuan pertama ini kemudian dilaporkan
penemuan-penemuan lainnya di berbagai daerah. Diperkirakan nematoda ini sudah
masuk ke Indonesia sejak sekitar tahun 1986 melalui impor benih kentang dari
Eropa, karena nematoda jenis ini memerlukan waktu sekitar 17 tahun untuk
berkembang dan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Masuknya OPT
ini merupakan suatu kerugian besar bagi pengembangan hortikultura Indonesia,
khususnya kentang, karena ancaman kerusakan dan kerugian yang dapat
ditimbulkannya. Di Chili, Italia dan Polandia telah menurunkan tingkat produksi
kentang sampai 70% (SKT Cilacap, 2008). Kentang dan tomat merupakan tanaman utama yang
diserangnya. Nematoda sista kuning ini merupakan OPT utama dalam pertanaman
kentang di Eropa. OPT ini berasal dari Peru. Masuk ke Eropa pada tahun 1901 dan
mampu merusakkan panen umbi kentang sampai 70% (Purakususmah dan Praminto,
1984). OPT ini kemudian menyebar ke berbagai negara seperti India, Kanada, AS
dan sekarang Indonesia. Di Inggris kerugian per tahun akibat OPT ini berjumlah
4 juta pounsterling (Balai Karantina Tumbuhan Tanjung Priok, 2000). Di inggris
diperkirakan 75% tanah pertanaman kentang sudah tertular OPT ini. Di AS, OPT ini pertama kali diketemukan tahun 1941 di
Nassau County di Long Island, New York, kemudian diketemukan di delapan lokasi
lainnya. Selama lebih dari 60 tahun telah dilakukan upaya karantina terhadap
wilayah-wilayah yang telah tertular. AS sangat ketakutan, karena apabila OPT
ini dapat menyebar ke daerah lain, diperkirakan akan diperlukan biaya yang
mencapai $4,8 milyar setiap tahunnya untuk usaha pemberantasan (APHIS, 2008).
Penutup
Kita dapat menyimpulkan bahwa filosofi karantina tumbuhan adalah upaya pencegahan masuk, keluar dan
tersebarnya OPTK dari dan ke suatu wilayah.
Secara umum, bagi
Indonesia yang merupakan negara agraris, karantina tumbuhan mempunyai arti yang
sangat penting, terutama dalam upaya pencegahan masuk dan tersebarnya organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama penyakit tumbuhan, seperti serangga, virus,
bakteri, cendawan, dan gulma, yang belum ada di Indonesia, yang dapat
menghancurkan pertanian Indonesia. Serangan OPT tersebut dapat menurunkan
produksi, menurunkan kualitas, meningkatkan biaya pengendalian, merusak
lingkungan, merusak kelestarian sumber daya pertanian dan menghambat ekspor.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT ini seringkali menimbulkan dampak yang
sangat luas terhadap stabilitas ekonomi dan ketahanan pangan nasional.
Disamping itu karantina
tumbuhan di Indonesia mempunyai tugas tambahan lainnya yaitu mencegah masuk atau
keluarnya Pangan dan Pakan yang tidak sesuai dengan standar keamanan dan mutu; mencegah masuk dan
tersebarnya Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, dan PRG yang berpotensi
mengganggu kesehatan manusia, Tumbuhan, dan kelestarian lingkungan; dan
mencegah keluar atau masuknya Tumbuhan Liar, Tumbuhan dan Satwa Langka, serta
SDG dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau antar Area di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Tugas yang merupakan
penjabaran dari tujuan penyelenggaraan karantina tumbuhan sesuai dengan
pereaturan perundangan yang ada telah membuat peran karantina tumbuhan di Indonesia
menjadi semakin penting.
Daftar
Pustaka
--------------
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
APHIS. 2008. Golden Nematode. http://w.w.w.aphis.usda.gov.
Badudu, J.S. dan S.M. Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
Balai Karantina Tumbuhan Tanjung
Priok. 2000. “Peran karantina tumbuhan dalam menunjang pembangunan pertanian”.
Makalah disampaikan dalam Apresiasi dan Cum Service Training Karantina
Tumbuhan, Tanjung Priok, Jakarta, 9-19 Pebruari 2000.
CDFA. 1999. The Mediterranean Fruit Fly Fact Sheet. http://w.w.w.cdfa.ca.gov/pests/medfly.
Consortium on Micropropagation
Research and Technology Development. 2008. “Virus diagnosis and clonal
fidelity”.
http://www.dbtmicroppropagation.nic.in.
Diphayana, W. 1973. “Karantina
tumbuh-tumbuhan”. Warta Sabang, Edisi
Maret.
Diphayana, W. 1977. “Mengenal
karantina tumbuh-tumbuhan”. Sinar Harapan,
27 September.
Diphayana, W. 2009 . Karantina
Tumbuhan Di Indonesia. PT Lantana Camara, Jakarta.
Hamzah, A. 1987. “Biologi kumbang
Khapra (Trogoderma granrium Everts)
pada beras dan jagung berkadar air 10% dan16%”. Buletin Media Quaranta, Edisi Januari.
Hunter, D. 2001. Virology Training Manual. Proyek
PHTPR-Komponen Karantina Tumbuhan, Badan Karantina Pertanian, Jakarta.
Laoh, H. 2002. “Organisme pengganggu
tanaman (hama) yang menjadi sasaran karantina tumbuhan”. Makalah disampaikan
dalam seminar sehari “Sosialisasi Karantina Tumbuhan di Propinsi Riau, Fakultas
Pertanian Universitas Riau, 3 Oktober.
Noerachman dan Suwardi. 2003.
“Laporan hasil kunjungan lapangan terhadap dugaan adanya serangan golden
nematoda (Globosdera rostochiensis)
pada tanaman kentang di Jawa Timur”. Badan Karantina Pertanin, Jakarta.
Nugroho, I., Ramin ZE dan S. Adi.
2005. “Penggerek buah kakao Conopomorpha
cramerella Snellen (Fam : Gracillaridae) mengancam produksi kakao di
propinsi Lampung”. Bulletin Media
Quaranta, Edisi 11 dan 12.
Purakusumah, H. Dan E. Praminto.
1984. Pengertian Umum tentang Karantina
Tumbuhan di Indonesia. Pusat Karantina Pertanian, Departemen Pertanian,
Jakarta.
Pusat Karantina Pertanian. 1999. Konsep dasar Rencana Pembangunan Karantina
Pertanian (Tahun 2000-2005) (Cetak Biru). Pusat Karantina Pertanian,
Jakarta.
SKT Cilacap. 2008. Awas, Ancaman Nematoda Sista Kuning. http://skt-cilacap.tripod.com.
Sulistiono. 2007. Keong Mas “Si Lelet” Perusak Padi.
http://nusaku.com /forum/archive/index.php/t-5340.html.
Surachmat. 1986. “Leaf scorch”. Buletin Media Quaranta, Edisi Juni
Suwanda dan Surachmat. 1983. Mengenal Penyakit CVPD Pada Jeruk. Balai
Karantina Pertanian, Jakarta.
Triwahyono, Y. 1986. “Jumping plant lice,
kutu loncat atau hama plungker”. Bulletin
Media Quaranta, Edisi Mei.
https://id.wikipedia.org
https://serupa.id/filsafat-umum
In this fashion my buddy Wesley Virgin's tale begins in this shocking and controversial video.
ReplyDeleteAs a matter of fact, Wesley was in the military-and soon after leaving-he revealed hidden, "MIND CONTROL" secrets that the CIA and others used to get whatever they want.
THESE are the exact same tactics lots of celebrities (especially those who "come out of nowhere") and top business people used to become rich and famous.
You've heard that you only use 10% of your brain.
That's mostly because the majority of your BRAINPOWER is UNCONSCIOUS.
Maybe this expression has even occurred IN YOUR own mind... as it did in my good friend Wesley Virgin's mind about 7 years ago, while driving a non-registered, garbage bucket of a vehicle with a suspended driver's license and on his banking card.
"I'm so frustrated with living check to check! When will I become successful?"
You took part in those types of questions, isn't it so?
Your success story is waiting to happen. You just have to take a leap of faith in YOURSELF.
Take Action Now!
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteExport Import Data - Import and export is the pulse of economy of any country. Every trader wants to know the demands of products, targeted marketed, product price, etc. to better trade business and to get high profit at international level. If you are looking for a way to get updates of import and export trade business then export import data the best. Import Export Data helps to analyse profitable markets, products demand, up and down in the markets etc. it will also help you to find top importers and exporters in the world. For more information visit: Seair.co.in
ReplyDelete